Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lola Zieta : Cosplayer Indonesia yang Pernah Menggetarkan Dunia Cosu

Dunia cosplay di Indonesia semakin berkembang pesat dengan lahirnya banyak talenta muda yang mampu bersaing di kancah global. Salah satu sosok yang berhasil mencuri perhatian baik di panggung nasional maupun internasional adalah Lola Zieta Azelien, atau yang lebih dikenal dengan nama Lola Zieta. Melalui karakter-karakter ikonik, gaya artistik sensual, serta kepribadian yang penuh warna, ia menjadi salah satu ikon cosplay Indonesia yang berhasil menembus batas budaya pop Jepang ke mata dunia.


Jejak Awal Karier dan Latar Belakang Seni

Lola Zieta lahir pada 17 Maret 1995 di Jakarta dan kemudian menetap di Yogyakarta. Ia menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan fokus pada seni rupa. Latar belakang pendidikannya ini jelas memberikan pengaruh kuat dalam setiap karya cosplay yang ia hadirkan, di mana detail, estetika, dan sentuhan artistik selalu terasa nyata.

Debut pertamanya di dunia cosplay dimulai pada tahun 2013 ketika ia masih berusia 18 tahun. Dari sekadar hobi mengenakan kostum karakter favorit, Lola kemudian berkembang menjadi figur profesional yang konsisten menghadirkan karya berkualitas tinggi. Kehadiran media sosial mempercepat popularitasnya. Sejak 2014, ia aktif membagikan karya cosplay di Instagram dan berhasil menarik ratusan ribu penggemar, baik dari Indonesia maupun luar negeri.

“Latar belakang seni rupa Lola menjadikannya cosplayer yang bukan hanya pandai meniru karakter, tetapi juga menciptakan interpretasi artistik yang berbeda. Inilah yang membuatnya menonjol di tengah banyak cosplayer lain.”


Daftar Cosplay Ikonis yang Pernah Diperankan

Sebagai cosplayer, salah satu hal yang paling menarik dari Lola adalah keberanian dalam memilih karakter. Ia tidak hanya fokus pada figur populer, tetapi juga karakter-karakter yang penuh dengan aura kuat dan sensualitas. Beberapa karakter ikonis yang pernah diperankan Lola Zieta antara lain:

  • Mikasa Ackerman (Attack on Titan)
  • Nico Robin (One Piece)
  • Motoko Kusanagi (Ghost in the Shell)
  • Mai Shiranui (King of Fighters)
  • Tifa Lockhart (Final Fantasy VII)
  • Han Juri (Street Fighter V)
  • Rias Gremory (Highschool DxD)
  • Super Sonico (SoniAni)
  • V (Cyberpunk 2077)

Dari daftar ini terlihat jelas bahwa Lola memiliki preferensi terhadap karakter yang kuat secara visual maupun emosional. Mikasa dan Motoko, misalnya, mewakili sisi tangguh dan dingin, sementara Mai Shiranui dan Rias Gremory menonjolkan sisi sensualitas. Karakter V dari Cyberpunk 2077 menjadi salah satu cosplay paling berkesan karena berhasil membawanya meraih prestasi internasional.


Prestasi Nasional dan Kontribusi di Indonesia

Di Indonesia, Lola Zieta termasuk dalam deretan cosplayer yang sukses mengubah hobi menjadi karier profesional. Popularitasnya menjadikannya bintang di berbagai ajang cosplay nasional, baik sebagai peserta maupun tamu kehormatan. Ia juga dikenal aktif berkolaborasi dengan berbagai brand, baik dalam industri game maupun fashion.

Salah satu pencapaian finansial yang mengesankan adalah ketika Lola mengungkapkan bahwa dari aktivitas cosplay dan modeling, ia mampu meraup penghasilan sekitar Rp42–56 juta per bulan. Angka ini membuktikan bahwa cosplay tidak lagi sekadar hobi, tetapi sudah menjadi jalur karier yang menjanjikan di Indonesia.

Selain itu, Lola pernah menjadi brand ambassador untuk game populer seperti RAN Online. Kolaborasi ini membuat wajah dan personanya semakin dikenal luas oleh komunitas gamer di tanah air. Lebih jauh lagi, developer lokal Gambir Studio bahkan merilis game “Jurit Malam – Lola Zieta” yang terinspirasi langsung dari dirinya.

“Menurut saya, Lola adalah contoh nyata bagaimana cosplay bisa melampaui batas sekadar ‘bermain kostum’. Ia menjadikan hobinya sebagai sebuah profesi yang dihormati dan bahkan bisa membuka peluang industri baru.”


Prestasi Internasional: Tokyo Game Show

Prestasi paling gemilang Lola Zieta di kancah internasional terjadi pada Tokyo Game Show 2019, salah satu ajang gaming dan cosplay terbesar di dunia. Dalam acara ini, Lola tampil sebagai karakter V dari Cyberpunk 2077 dan berhasil meraih juara pertama dalam kontes cosplay internasional.

Kemenangan ini bukan hanya prestasi pribadi, tetapi juga kebanggaan nasional. Indonesia akhirnya diakui sebagai negara yang memiliki cosplayer berkualitas tinggi yang mampu bersaing di tingkat dunia. Sebelumnya, pada tahun 2016, Lola juga pernah mewakili Indonesia di ajang yang sama meski belum berhasil meraih posisi juara.

Momen ini menjadi salah satu titik balik dalam karier Lola. Sejak saat itu, namanya semakin dikenal di kalangan cosplayer global, dan ia sering diundang untuk menghadiri berbagai event internasional.


Kontroversi dan Estetika Sensual

Di balik kesuksesan, Lola juga dikenal sebagai sosok kontroversial. Gaya cosplay-nya yang sensual sering memicu perdebatan, terutama di Indonesia yang masih cenderung konservatif terhadap ekspresi seksual di ruang publik. Namun bagi Lola, sensualitas bukanlah hal tabu, melainkan bentuk seni.

Ia pernah menegaskan bahwa fotografi sensual adalah bagian dari seni visual dan tidak sama dengan pornografi. Baginya, seni sensual mengedepankan estetika tubuh dan ekspresi, sementara pornografi hanya mengejar gairah seksual. Pernyataan ini memicu pro-kontra, tetapi sekaligus menunjukkan sikapnya yang tegas dalam mempertahankan idealisme seni.

“Lola berani melawan arus dengan menempatkan sensualitas sebagai bagian dari seni. Di mata saya, sikap ini menegaskan bahwa cosplay adalah ruang kreatif yang bebas, bukan sekadar imitasi.”


Podcast Bersama Deddy Corbuzier

Salah satu momen paling viral dalam perjalanan karier Lola adalah ketika ia diundang sebagai tamu di podcast Close The Door bersama Deddy Corbuzier pada November 2019. Dalam sesi ini, Lola secara terbuka membicarakan topik-topik pribadi yang jarang disentuh publik.

Salah satu pengakuan paling mengejutkan adalah ketika Lola mengungkap dirinya sebagai panseksual. Ia menyatakan bahwa ketertarikan tidak bergantung pada gender, melainkan pada chemistry dan kenyamanan. Ia bahkan menegaskan pernah memiliki hubungan dengan perempuan dan merasa itu bukan hal besar yang harus disembunyikan.

Dalam obrolan tersebut, muncul juga momen jenaka ketika Deddy bertanya siapa yang akan ia pilih untuk diajak berhubungan, antara dirinya atau stafnya. Lola dengan santai menjawab bahwa ia lebih memilih staf Deddy, dengan alasan “dia cute”. Jawaban ini sontak membuat suasana tegang berubah jadi tawa lepas.

Selain orientasi seksual, pembicaraan juga menyentuh soal seni sensualitas. Lola menekankan kembali bahwa fotografi sensual adalah bentuk seni, bukan pornografi. Baginya, cosplay adalah ruang berekspresi di mana tubuh adalah bagian dari narasi karakter.


Kehidupan Digital dan Reputasi Global

Kehadiran Lola di dunia digital menjadi faktor penting dalam membangun reputasinya. Melalui Instagram dan platform media sosial lainnya, ia berhasil mengumpulkan lebih dari 270 ribu pengikut yang aktif mengikuti karya-karyanya. Setiap unggahan cosplay selalu mendapatkan perhatian luas, baik dari penggemar lokal maupun internasional.

Tidak hanya itu, reputasinya yang global membuat Lola sering mendapat undangan untuk menghadiri konvensi internasional. Ia juga kerap diliput oleh media asing sebagai salah satu representasi cosplayer Asia Tenggara yang menonjol.

Konsistensinya dalam menghadirkan karya berkualitas tinggi membuat Lola dianggap sebagai salah satu cosplayer paling berpengaruh dari Indonesia.


Lola sebagai Representasi Seni dan Identitas

Sebagai penulis yang berkecimpung di dunia jejepangan dan cosplay, saya memandang Lola Zieta bukan hanya sekadar cosplayer. Ia adalah representasi dari keberanian, seni, dan identitas personal yang dituangkan melalui budaya pop Jepang.

“Lola Zieta adalah jembatan antara budaya pop Jepang dan ekspresi artistik Indonesia. Ia menunjukkan bahwa cosplay bukan hanya kostum, melainkan narasi yang hidup, di mana setiap karakter bisa dihidupkan kembali dengan sentuhan personal.”

Leave a comment