Saat berbicara tentang Jepang, banyak orang langsung membayangkan suasana kota besar seperti Tokyo, Osaka, atau Kyoto. Hiruk pikuk Shibuya Crossing, gemerlap lampu neon Shinjuku, hingga deretan toko elektronik di Akihabara adalah wajah Jepang yang dikenal dunia. Namun, di balik kilau modernitas tersebut, ada sisi lain dari Negeri Sakura yang justru jauh lebih menenangkan: kehidupan di countryside Jepang atau yang sering disebut inaka.
Countryside Jepang punya atmosfer yang benar-benar berbeda. Suasananya lambat, tenang, dan penuh harmoni dengan alam. Rasanya seperti membuka pintu menuju dunia lain yang jarang tersentuh, seakan kamu sedang melangkah masuk ke dalam setting anime slice of life yang penuh kehangatan.
Sebagai penulis yang jatuh cinta pada budaya jejepangan sekaligus cosplayer, saya selalu melihat countryside Jepang bukan hanya sebagai tempat tinggal, tapi juga ruang refleksi yang bisa membuat kita memahami esensi sederhana dari kehidupan.
“Kalau boleh jujur, countryside Jepang terasa seperti dunia paralel dari kota besar Jepang. Semua berjalan lebih lambat, tapi justru di situlah keindahannya.”
Alam yang Masih Asri
Hal pertama yang paling memukau dari countryside Jepang adalah alamnya yang masih begitu murni. Gunung-gunung menjulang megah seakan menjadi penjaga desa, sawah menghijau sejauh mata memandang, dan sungai jernih mengalir dengan tenang. Banyak desa terletak di lembah atau di kaki gunung, menciptakan pemandangan bak lukisan.
Setiap musim membawa pesona berbeda. Musim semi menghadirkan bunga sakura yang bermekaran di tepi jalan desa, menciptakan lorong-lorong indah berwarna pink lembut. Musim panas membawa suara semi (cicada) yang khas, menjadi latar alami sehari-hari. Saat musim gugur tiba, hamparan daun momiji merah dan oranye seakan membakar bukit-bukit dengan keindahan warna. Sementara musim dingin mengubah desa menjadi negeri dongeng, dengan salju putih yang menutupi atap rumah dan jalan setapak.
“Setiap kali melihat countryside Jepang di anime seperti Non Non Biyori, saya merasa seakan diajak berlibur gratis. Dan ketika benar-benar merasakannya secara langsung, ternyata atmosfernya bahkan lebih magis dari yang ada di layar.”
Kehidupan Sosial dan Komunitas
Salah satu hal paling menarik dari countryside Jepang adalah kehangatan komunitasnya. Berbeda dengan kota besar yang serba individualis, di desa-desa Jepang setiap orang saling mengenal dan punya rasa kebersamaan yang kuat.
Warga desa masih menjaga tradisi kerja bakti untuk membersihkan lingkungan atau menjaga kuil. Festival lokal atau matsuri juga rutin diadakan, di mana seluruh warga, dari anak-anak hingga orang tua, berkumpul merayakan musim panen atau menghormati dewa pelindung desa.

Anak-anak biasanya berjalan kaki bersama menuju sekolah kecil, melewati jembatan kayu atau sawah hijau. Pemandangan ini bukan hanya nostalgia, tapi juga potret nyata kehidupan yang sederhana dan penuh kedekatan.
Bagi pendatang, keramahan warga lokal terasa begitu hangat. Ada kebiasaan untuk saling menyapa, berbagi hasil kebun, hingga mengajak tetangga baru ikut serta dalam kegiatan desa.
“Sebagai cosplayer, saya sering membayangkan tampil dalam kostum tradisional Jepang seperti yukata atau kimono di tengah matsuri desa. Rasanya pasti jauh lebih autentik dibanding di event besar di kota.”
Transportasi dan Akses
Namun, kehidupan di countryside Jepang juga punya tantangan. Salah satunya adalah transportasi yang terbatas. Tidak seperti kota besar dengan jaringan kereta bawah tanah yang padat, di desa Jepang kereta mungkin hanya lewat beberapa kali dalam sehari. Bus desa juga biasanya hanya beroperasi pada jam tertentu.
Karena itu, sebagian besar penduduk mengandalkan mobil pribadi. Stasiun kecil di desa sering kali sepi, bahkan ada yang tanpa penjaga. Namun justru di situlah letak keindahannya: tidak ada kebisingan, tidak ada klakson, hanya suara angin, burung, dan aliran sungai.
“Saya masih ingat pertama kali menunggu kereta di stasiun kecil bernama Gero Onsen. Rasanya seperti berada di dunia yang terhenti sesaat, hanya ada suara lonceng peron dan desiran angin.”
Makanan Lokal yang Autentik
Kehidupan countryside Jepang juga erat kaitannya dengan makanan lokal yang autentik. Setiap daerah punya kuliner khas, mulai dari soba buatan tangan, ikan segar dari sungai, hingga sayuran organik yang dipetik langsung dari ladang.
Berbeda dengan restoran cepat saji di kota besar, makanan di desa lebih sederhana tapi penuh rasa. Banyak rumah makan kecil dikelola oleh keluarga, dengan resep yang diwariskan turun-temurun. Bahkan, sekadar menikmati onigiri buatan nenek desa bisa jadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
Tak lupa, budaya minum teh hijau sambil melihat pemandangan sawah atau pegunungan menjadi rutinitas yang menenangkan.
“Menurut saya, tak ada yang bisa menandingi kenikmatan makan onigiri buatan tangan seorang nenek desa, sambil duduk di beranda rumah kayu dengan pemandangan gunung di depan mata.”

Suasana Seperti di Anime dan Dorama
Tak heran kalau countryside Jepang sering dijadikan latar anime dan dorama. Anime Clannad menghadirkan suasana sekolah kecil di kota pinggiran. Anohana membawa kita pada nostalgia masa kecil di sebuah desa penuh kenangan. Bahkan Higurashi no Naku Koro ni, meski bernuansa horor, tetap menampilkan pemandangan desa yang indah.
Pemandangan jalan setapak di tengah sawah, jembatan kayu di atas sungai, atau sekolah dasar kecil di pinggir jalan bukan hanya imajinasi, tapi benar-benar ada di kehidupan nyata. Anime hanya memotret apa adanya dari countryside Jepang.
“Sebagai pecinta jejepangan, ada rasa haru saat menyadari bahwa semua pemandangan ikonik dalam anime itu bukan sekadar imajinasi, melainkan bagian nyata dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.”
Kisah Wisatawan yang Tinggal di Countryside Jepang
Banyak wisatawan asing yang memilih untuk tinggal lebih lama di countryside Jepang dan pengalaman mereka sering kali jauh lebih mendalam daripada sekadar liburan singkat.
Seorang wisatawan asal Prancis pernah tinggal di Shirakawa-go, desa tradisional di Gifu. Setiap pagi ia terbangun oleh suara ayam, ikut membantu menanam sayuran, hingga belajar membuat miso tradisional. Ia mengaku hidup di desa membuatnya lebih menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan.
Sementara itu, seorang wisatawan asal Indonesia pernah menginap di sebuah ryokan di Nagano. Ia berjalan kaki menuju onsen sambil menikmati pemandangan pegunungan bersalju. Suasana itu membuatnya merasa seperti berada dalam dunia anime Your Name, tenang, damai, dan penuh keajaiban.
“Saya pribadi selalu merasa iri dengan pengalaman wisatawan yang tinggal cukup lama di desa Jepang. Rasanya mereka bisa menikmati kehidupan dengan cara yang jauh lebih dalam daripada sekadar perjalanan singkat di kota besar.”
Rekomendasi Countryside untuk Ketenangan dan Slow Living

Jika kamu ingin merasakan ketenangan dan slow living, ada beberapa destinasi countryside Jepang yang wajib masuk dalam daftar perjalananmu.
Shirakawa-go, Gifu
Terkenal dengan rumah gassho-zukuri beratap jerami, Shirakawa-go adalah desa yang seakan terputus dari dunia modern. Saat musim dingin, desa ini tertutup salju dan lampu rumah menciptakan suasana magis.
“Menurut saya, Shirakawa-go adalah tempat terbaik untuk kamu yang suka nuansa fantasi ala anime. Saat malam tiba dan lampu rumah dinyalakan, suasananya seperti dunia lain yang penuh keajaiban.”
Biei dan Furano, Hokkaido
Wilayah ini identik dengan ladang bunga lavender dan bukit-bukit hijau yang membentang luas. Jalannya sepi, langitnya luas, dan suasananya cocok untuk kamu yang ingin merasakan hidup lambat dengan nuansa natural.
Nagano Prefecture
Nagano terkenal dengan pegunungan dan onsen alaminya. Musim dingin di sini sangat indah, apalagi jika kamu menginap di ryokan tradisional dengan pemandangan salju.
“Buat saya, Nagano adalah definisi sederhana dari kata healing. Duduk di onsen terbuka sambil melihat salju turun itu pengalaman yang susah dilupakan.”
Ine no Funaya, Kyoto Prefecture
Desa nelayan yang unik ini menawarkan rumah-rumah tradisional di tepi laut, dengan perahu kecil bersandar tepat di depan rumah. Suasananya berbeda dari bayangan countryside sawah dan gunung, tapi tetap penuh ketenangan.
Takayama, Gifu
Kota kecil ini punya suasana retro dengan bangunan kayu tradisional. Pasar pagi di pinggir sungai dan jalanan klasik menciptakan atmosfer nostalgia.
“Kalau saya bisa memilih, saya ingin tinggal sebulan penuh di Biei, Hokkaido. Bangun pagi, melihat hamparan ladang bunga, dan menulis artikel sambil minum teh hijau panas. Rasanya seperti hidup dalam dunia slice of life yang sempurna.”