Jepang selalu berhasil memikat wisatawan dengan ragam kulinernya. Sushi, ramen, takoyaki, dan sashimi mungkin sudah jadi ikon global. Namun, di balik semua itu, ada kuliner musiman yang justru sangat penting bagi orang Jepang, meski mungkin belum seterkenal ramen atau sushi di mata dunia internasional. Kuliner itu adalah ikan ayu, yang dalam bahasa Inggris kerap disebut sweetfish.
Ikan ayu bukan sekadar menu santapan, melainkan simbol dari musim panas di Jepang. Kehadirannya yang singkat menjadikannya sesuatu yang dinanti-nanti, seperti hanami di musim semi atau kembang api di malam festival. Orang Jepang percaya, menyantap ikan ayu berarti merayakan keindahan dan kesegaran musim panas dengan cara yang paling otentik.
Ikan ayu, ikan dengan rasa semangka ?
Ikan ayu memiliki tempat khusus dalam budaya kuliner Jepang. Ia bukan hanya dipandang sebagai makanan, tetapi juga lambang kemurnian sungai pegunungan. Hidupnya terbatas pada aliran air yang jernih, membuat dagingnya memiliki rasa manis alami yang sangat khas.

Uniknya, banyak orang Jepang menggambarkan rasa ikan ayu mirip dengan aroma semangka segar atau ketimun muda. Tidak berlebihan jika kemudian julukan sweetfish melekat pada ikan ini. Filosofi kuliner Jepang yang menekankan pada shun—makan sesuatu di musim terbaiknya—menemukan manifestasi sempurna dalam ikan ayu.
“Saya pribadi merasa bahwa menikmati ikan ayu bakar di pinggir sungai pegunungan Jepang adalah pengalaman kuliner yang hampir mendekati spiritual. Rasa manisnya tidak bisa ditiru oleh ikan lain.”
Cara Tradisional Menyantap Ayu
Cara paling populer untuk menikmati ayu adalah dengan shioyaki, yakni memanggang ikan dengan garam di atas arang. Tusukan bambu ditancapkan secara miring sehingga tubuh ikan seolah-olah melengkung seperti sedang berenang. Hasilnya bukan hanya lezat di lidah, tapi juga indah dipandang—sebuah estetika yang mencerminkan filosofi Jepang dalam menghargai keindahan alam.
Daging ayu yang lembut berpadu dengan kulitnya yang renyah menghasilkan sensasi ganda. Garam berfungsi menonjolkan rasa manis alaminya tanpa menutupinya. Selain shioyaki, ayu juga bisa diolah menjadi tempura, sashimi, bahkan sup hangat, meski metode tradisional tetap yang paling banyak dicari wisatawan.
“Bagi saya, gigitan pertama ikan ayu seperti mencicipi musim panas itu sendiri—manis, segar, dan ringan, seakan saya sedang meneguk air sungai pegunungan yang dingin.”
Festival Ikan Ayu di Pedesaan Jepang
Musim panas di Jepang identik dengan festival, dan beberapa di antaranya dikhususkan untuk merayakan kehadiran ikan ayu. Di Prefektur Gifu, ada festival ukai di Sungai Nagara, di mana nelayan menggunakan burung kormoran untuk menangkap ayu. Tradisi ini sudah berlangsung selama ribuan tahun dan kini menjadi tontonan budaya yang unik bagi wisatawan.
Tidak hanya Gifu, daerah Wakayama dan Tochigi juga terkenal dengan pengalaman wisata kuliner berbasis ayu. Beberapa restoran tepi sungai menawarkan paket di mana pengunjung bisa menangkap langsung ikan ayu dari kolam atau sungai sebelum dipanggang. Aktivitas ini semakin populer di kalangan wisatawan asing karena menghadirkan pengalaman imersif—dari menangkap hingga menyantap dalam satu rangkaian.
“Saya pernah mencoba festival ukai di Gifu, dan jujur saja, rasanya seperti menonton teater hidup di atas sungai. Ada nuansa mistis saat burung kormoran bekerja sama dengan nelayan, lalu akhirnya ikan ayu segar tersaji di piring saya.”
Rekomendasi Tempat Menikmati Ikan Ayu di Countryside Jepang
Menikmati ayu terbaik memang paling tepat dilakukan di pedesaan Jepang, dekat dengan habitat aslinya. Berikut beberapa destinasi kuliner yang terkenal:

Hita Ayu Yana Ba, Prefektur Ōita
Restoran ini menggunakan perangkap bambu tradisional di tepi sungai. Pengunjung bisa melihat langsung ayu ditangkap sebelum dipanggang dengan arang. Atmosfernya begitu autentik—alami, sederhana, namun penuh makna.
Kawaramachi Izumiya, Gifu
Salah satu restoran legendaris di tepi Sungai Nagara. Menggunakan arang Kishu binchotan, cara memanggang ayu di sini membuat dagingnya terasa lembut dan aromanya begitu kuat.
Sungai Maze, Prefektur Gifu
Daerah ini terkenal dengan kejernihan airnya, sehingga rasa ayu yang ditangkap dari sini dianggap istimewa. Banyak pengunjung yang datang hanya untuk merasakan pengalaman makan ayu dengan latar belakang pegunungan.
Yanagiya, Mizunami, Gifu
Berlokasi di rumah tradisional pedesaan, restoran ini menawarkan pengalaman kuliner otentik Jepang. Meski tidak hanya fokus pada ayu, hidangan ini tetap menjadi bagian dari menu musim panas mereka.
Naka River, Prefektur Tochigi
Di daerah Nasu, restoran lokal sering memasukkan ayu dalam hidangan kaiseki. Cocok untuk yang ingin suasana lebih tenang dan jauh dari keramaian turis.
Sungai Kuma, Prefektur Kumamoto
Habitat dari shaku-ayu, yaitu ayu berukuran besar hingga 30 cm. Restoran dan penginapan di sekitar sungai menawarkan pengalaman kuliner unik dengan ikan yang lebih besar dari biasanya.
Sungai Kuji, Prefektur Ibaraki
Selain Sungai Naka, Kuji juga dikenal sebagai salah satu sungai utama untuk menangkap ayu. Ada weir wisata di mana pengunjung bisa menyaksikan penangkapan ayu sekaligus menikmati sajian langsung di tepi sungai.
“Mengunjungi Hita Ayu Yana Ba seperti menyatu dengan musim panas Jepang—ikan baru ditangkap dari sungai, lalu dibakar di hadapan mata, rasanya luar biasa.”
Regulasi Penangkapan Ikan Ayu di Jepang
Ayu bukan hanya bahan kuliner, tetapi juga bagian dari ekosistem sungai Jepang yang perlu dijaga. Oleh karena itu, pemerintah Jepang dan asosiasi perikanan lokal menetapkan regulasi ketat.

Musim Penangkapan
Umumnya, penangkapan ayu baru dibuka mulai bulan Juni dan berlangsung sampai September. Di luar periode ini, terutama Oktober hingga Februari, sungai biasanya ditutup untuk penangkapan. Hal ini untuk memastikan populasi ayu tetap stabil.
Perizinan Lokal
Untuk memancing ayu, pengunjung harus membeli izin harian atau musiman dari asosiasi perikanan setempat. Izin ini tidak hanya sebagai legalitas, tetapi juga untuk mendukung konservasi.
Metode Tradisional
Beberapa daerah masih menjaga metode lama seperti yana (perangkap bambu), hiburi (menangkap dengan obor di malam hari), atau fly-fishing. Metode ini diawasi ketat agar tidak merusak ekosistem.
Langkah-langkah ini penting karena selain menjaga keberlanjutan alam, juga melindungi ekonomi lokal yang bergantung pada wisata kuliner ayu.
“Bagi saya, rasanya seperti membekali diri dengan sepotong musim: satu gigitan ayu di sungai yang jernih, suhu pegunungan di sekitar, segalanya terasa… suci.”
Apakah Ikan Ayu Bisa Dinikmati di Indonesia?
Sayangnya, hingga kini belum ada restoran di Indonesia yang menyajikan ikan ayu sebagai menu utama. Meski ada banyak restoran Jepang otentik di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bali, menu ayu tidak termasuk di dalamnya.
Beberapa restoran memang memiliki nama “Ayu” di Indonesia, seperti Seafood Ayu Kelapa Gading atau warung ikan bakar dengan nama serupa, tetapi ini lebih merujuk pada nama pemilik atau branding, bukan pada ikan ayu dari Jepang.
“Sebagai penulis yang mengagumi kedalaman kuliner Jepang, saya merasa sedikit kecewa karena ikan ayu yang ikonik itu belum hadir di meja makan kita di Indonesia. Rasanya seolah satu musim Jepang belum bisa saya nikmati sepenuhnya di negeri sendiri.”
Jika suatu saat ada restoran yang berani menghadirkan ayu impor, tentu itu akan menjadi gebrakan besar bagi pecinta kuliner Jepang di Indonesia.
Perbandingan dengan Ikan di Indonesia
Untuk memudahkan, rasa ayu bisa dibandingkan dengan ikan tawar lokal. Misalnya:
- Jika gurame dikenal dengan daging tebal dan sedikit berlemak, maka ayu justru ringan, halus, dan tidak berminyak.
- Jika nila terkadang berbau lumpur, ayu sama sekali tidak, justru menghadirkan aroma sejuk dan segar.
- Ayu lebih dekat ke ikan sungai kecil yang dimasak sederhana, tetapi dengan cita rasa yang lebih elegan.
Sebuah Potret Kuliner Musiman Jepang
Ikan ayu adalah potret bagaimana Jepang menjaga harmoni antara alam, budaya, dan kuliner. Ia hanya hadir sebentar setiap tahun, tetapi selalu ditunggu-tunggu. Menyantap ayu bukan hanya soal mengisi perut, tetapi juga merayakan musim panas, menghargai sungai pegunungan, dan merasakan keindahan sederhana dari sesuatu yang musiman.
Meskipun belum tersedia di Indonesia, kisah tentang ikan ayu bisa menjadi alasan tambahan untuk berkunjung ke pedesaan Jepang. Di sana, di tepi sungai jernih dengan udara segar pegunungan, sebuah pengalaman kuliner yang nyaris spiritual menunggu: sepotong kecil musim panas dalam bentuk ikan mungil bernama ayu.